Gambut

Diposting oleh mine | 10.27 | | 0 komentar »

Endapan gambut  dataran rendah (low land peat) di Indonesia telah dikenal sangat luas  sebarannya sesuai dengan bentangan dataran rendah pantai, tetapi sampai  saat ini perkiraan cadangan masih terlalu kasar. Shell (1983)  memperkirakan bahwa endapan gambut yang berketabalan lebih dari 1 m yang  dapat dimanfaatkan sebagai bahan energy mencakup dataran rendah lebih  dari 17 juta hectare tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.  Sejak puluhan tahun terakhir ini timbul gagasan baru untuk membangun  daerah terpencil. Hal ini diperkuat oleh laporan Euroconsult (1984) yang  antara lain menyatakan bahwa dalam jangka panjang dan tersedianya  konsumen, industry pertambangan  gambut sebagai bahan pembangkit listrik untuk daerah terpencil di  Indonesia akan dapat berkompetisi dengan pembangkit listrik bahan bakar  minyak.

1. Komposisi Gambut
Gambut adalah  sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan oleh  bakteri anaerobic dan aerobic menjadi komponen yang lebih stabil. Selain  zat organic yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam  jumlah yang kecil. Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam  keadaan jenuh air (lebih dari 90%). Zat organic pembentuk gambut sama  dengan tumbuhan dalam perbandingan yang berlainan sesuai dengan tingkat  bitumen (wak atau resin), humus dan lain-lain. Komposisi zat organic ini  tidak stabil tergantung pada proses pembusukan, misalnya cellulose pada  tingkat pembusukan dini (H1-H2) sebanyak 15-20%, tetapi pada tingkat  pembusukan lanjut (H9-H10) hamper tidak ditemukan.

Sebaliknya  humus pada cellulose pada tingkat pembusukan dini terdapat 0-15%,  sedangkan pada gambut yang telah mengalami pelapukan yang lebih tinggi  (H9-H10) mencapai 50-60%. Unsure-unsur pembentuk gambut sebagian besar  terdiri dari karbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N) dan oksigen (O).  selain unsure utama terdapat juga unsure lain al, Si, S, P, Ca dll dalam  bentuk lain terikat, tingkat pembusukan pada gambut akan menaikan kadar  karbon (C) dan menurunkan oksigen (O).

Berdasarkan lingkungan tumbuh dan pengendapannya gambut di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a.  Gambut ombrogenus yang kandungan airnya hanya berasal dari air hujan,  gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana tumbuhan  pembentuk yang semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga  kadar abunya adalah asli (inherent) dari tumbuhan itu sendiri.

b.  Gambut topogenus yang kandungan airnya berasal dari air permukaan.  Jenis gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa hidupnya  tumbuh dari pengaruh air permukaan tanah, sehingga kadar abunya  dipengaruhi oleh elemen yang terbawa oleh air permukaan tersebut.
Daerah  gambut topogenus lebih bermanfaat untuk lahan pertanian disbanding  dengan daerah gambut ombrogenus karena gambut topogenus mengandung  relative lebih banyak nutrisi. Kedua jenis gambut tersebut pada  hakikatnya secara megaskropis agak sukar didefinisikan secara pasti  karena kompleknya tahapan proses pembusukan.Komposisi gambut menentukan  mutu dan kegunaannya yang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti  kandungan zat prganik, abu, bulk density, kandungan kayu, dll.

Fisher  (dalam Supraptohardjo & Driessen, 1967) membuat klasifikasi gambut  lebih diarahkan pada kepentingan tanah pertanian, yaitu membagi gambut  berdasarkan tingkat kesuburan tanah sebagai berikut :
a. Eutropik (subur)
b. Mesotropik (sedang)
c. Oligotropik (miskin)

Selanjutnya  dikemukakan pula bahwa tanah gambut di Indonesia bergam dari subur  sampai miskin. Klasifikasi yang lebih akhir menekankan pada tingkat  kematangannya atau tingkat dekomposisinya (dalam Supraptohardjo &  Driessen, 1967) yaitu :
a. Saprik (terombak lebih dari 66%)
b. Hemik (terombak 33-66%)
c. Fibrik (terombak kurang dari 33%)

Ada  pula klasifikasi gambut dengan tidak melihat dekomposisinya tetapi  berdasarkan bahan induk yang membentuknya (Backman dkk, 1969, dalam  Endang Suarka 1988) yaitu :
a. Gambut endapan, merupakan campuran leli air, herba empang, plangton, dll
b. Gambut berserat teridiri atas berbagai macam rumput, lumut, sphagnum, dll
c. Gambut kayuan terdiri dari pohonan dan konifera

Selain pembagian tersebut diatas gambut digolongkan pula sebagai :
a. Gambut topogen yaitu gambut eutropik atau mesotropik
b. Gambut ombrogen yaitu gambut oligotropik

2. Gambut Sebagai Bahan Bakar
Beberapa alas an yang mendukung pemanfaatan gambut untuk bahan bakar di Indonesia antara lain :
a. Gambut tersedia dalam jumlah cadangan yang cukup besar pada areal yang cukup luas
b. Tanah yang telah diambil gambutnya dapat dipergunakan untuk lahan pertanian
c. Penambangan dan pemrosesan gambut untuk bahan bakar menyerap tenaga kerja
d. Selain dapat menyediakan energy juga secara langsung maupun tidak langsung mempunyai dampak yang baik terhadap lingkungan

3. Daerah Penyebaran Gambut
Jumlah  areal gambut didunia diperkirakan 420 juta hectare atau mungkin lebih  dari 500 juta hectare. Endapan gambut terdapat diseluruh dunia yang  memenuhi syarat-syarat yang memungkinkan pembentukan beriklim dingin dan  sedang serta mempunyai sifat presipitasi yang tinggi dan evaporasi yang  rendah (Kalmari, 1982 dalam Endang Suarka 1988). Supraptohardjo &  Driessen (1976 dalam Endang Suarka 1988) menyebutkan bahwa dalam daerah  hutan lebat dengan curah hujan tinggi dan pengaruh air tanah kurang akan  membentuk gambut ombrogen, sedangkan gambut topogen pembentukannya  dipengaruhi air tanah. Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan gambut  seluas 17 juta Ha. Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai Negara  yang mempunyai cadangan gambut terbesar keempat dunia setelah Kanada 170  juta Ha, Rusia 150 juta Ha, Amerika Serikat 40 juta Ha. Supraptohardjo  & Driessen (1976 dalam Endang Suarka 1988) memperikan areal gambut  di Indonesia mencapai 16 juta Ha lebih dengan perincian :

a. Pantai timur Sumatera 9,7 juta Ha
b. Kalimantan 6,3 juta Ha
c. Lain-lain 1,3 juta Ha

Perkiraan  tersebut hamper sama dengan perkiraan Andrieese (1974) yang menyebutkan  bahwa daerah biogeografi bagian timur melayu gambut pada dataran rendah  yang menutupi 18 juta Ha, terutama terdapat di pantai timur Sumatera,  Kalimantan Barat, Kalimantan tengah, Kalimantan selatan, Serawak dan  bagian pantai utara Brunei. Gambut pada daerah tersebut sebagian besar  adalah gambut ombrogenous.
Sumber : batubara dan Gambut, Ir. Sukandarrumdi, MSc, PHd

0 komentar